Minggu, 26 Juni 2011

Fenomena Mistis Di Balik Bencana Merapi


Letusan Merapi yang baru saja terjadi bulan Nopember lalu benar-benar mengejutkan tanah air. Hal yang paling mengejutkan adalah arah semburan awan panas Merapi yang tidak lagi bisa diprediksi arahnya. Bahkan para ahli terpaksa memperluas daerah bahaya merapa hingga radius 20 km jauhnya. Lepas dari penjelasan ilmiah, banyak cerita mistis di balik meletusnya gunung Merapi kali ini.
Apa sajakah cerita mistis tersebut? Beragam cerita mistis memang selalu melingkupi gunung Merapi, salah satu cerita termutahir adalah cerita tentang Petruk Gunung Merapi. Menurut pengamatan beberapa orang, awan panas yang keluar dan membubung tinggi di atas merapi membentuk penampakan Petruk. Sekedar informasi, Petruk adalah salah satu tokoh punakawan, yang merupakan anak angkat dari Begawan Ismaya atau Semar.
Dalam mitologi Jawa, penampakan Petruk identik dengan bencana dahsyat. Oleh sebab itu, interpretasi penampakan Petruk Gunung Merapi (oleh beberapa orang) beberapa waktu yang lalu dimaknai sebagai awal pertanda nyata murkanya penunggu Merapi terhadap manusia. Kemurkaan itu akan ditandai dengan letusan yang lebih dahsyat. Pendapat itu seolah diperkuat dengan munculnya beragamramalan tentang Merapi, termasuk ramalan tentang amukan susulan Merapi yang akan sangat dahsyat dan meluluh lantakkan daerah Jogja dan sekitarnya.
Untungnya, bencana letusan Merapi tidak menjadi-jadi seperti perkiraan banyak orang. Saat ini, daerah radius bahaya Merapi sudah diturunkan menjadi 2,5 km dari puncak. Satu-satunya bahaya yang masih mengancam adalah banjir lahar dingin yang memenuhi sungai-sungai di sekitar Merapi. Kali Code yang merupakan kepanjangan dari Kali Boyong juga penuh dan meluap tak sanggup menahan aliran lahar dingin dari Merapi.
Berbicara mengenai mitos mistis Merapi, tentu tidak hanya fenomena kemunculan Petruk Gunung Merapi saja. Beberapa masyarakat setempat, khususnya tetangga mendiang Mbah Maridjan pernah mengalami banyak hal. Salah satu tetangga dekat Mbah Maridjan bahkan sempat memberikan kesaksian tentang hal yang dianggap mitos Merapi tersebut. Sebagai orang yang tinggal bersebelahan dengan Mbah Maridjan, selamat dari hantaman awan panas tentu merupakan sebuah mukjizat.
Tetangga mbah Maridjan tersebut menuturkan bahwa saat itu, dia dan keluarganya hanya mencoba menutupi diri dengan bantal dan kasur. Saat itu, mereka baru saja selesai sholat maghrib. Alhasil, sajadah dan mukena pun digunakan guna mencoba melindungi diri. Secara logika, kain setebal mukena tentu tidak akan kuat menahan awan panas dengan suhu mencapai 600 derajat Celcius.
Secara ajaib, orang tersebut selamat. Setelah awan panas lewat, dia dan keluarganya memberanikan diri untuk keluar rumah. Bantal yang dipunyai terpaksa digunakan menjadi alas kaki karena tanah yang akan dilalui masih terasa sangat panas. Pada saat itu, sebuah fenomena mistis terjadi. Mereka sekeluarga melihat sesosok orang dibalut jubah api, menunjuk ke arah selatan dengan wajah sangat marah serta mengatakan akan menghancurkan kraton. Tak berapa lama, sosok tersebut kemudian menghilang.
Fenomena ini menguatkan mitos Merapi bahwa gunung ini memiliki keterkaitan khusus dalam trisula Laut Kidul (laut selatan) dengan Nyi Loro Kidul, Kraton Jogja dengan Sultan dan Gunung Merapi sendiri. Kesaksian tersebut tak urung menyiratkan banyak pertanyaan tentang hubungan Kraton dengan Merapi sendiri. Satu hal yang pasti, semarah apapun penunggu Merapi, saat ini kemarahannya sudah mereda. Gunung ini akan tetap aktif, termasuk jika ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan modern. Tentu, pengetahuan modern tidak akan mampu menjelaskan fenomena mistis dari beragam mitos gunung Merapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar